Rabu, 14 November 2018

MAKALAH IKAN CUPANG ( Betta Splendens) BEAUTIFUL OF FIGHTING FISH



                     

BAB I

PENDAHULUAN


1.1         Latar Belakang

Ikan  cupang  merupakan  salah  satu  jenis  ikan  hias  air  tawar  yang  populer  dan  banyak  digemari masyarakat.  Perkembangan  ikan cupang cukup pesat karena  mudah untuk dipelihara.  Namun, penggemar  ikan hias ini lebih  menyukai ikan jantan daripada betina karena ikan jantan memiliki nilai estetika dan warna yang lebih  bagus  dan  menarik  serta  memiliki  profit  yang  lebih  tinggi. Ikan cupang (Betta splendens) adalah salah satu jenis ikan hias yang memiliki banyak bentuk terutama pada bentuk ekor, seperti tipe mahkota (crown tail), ekor penuh (full tail)  dan slayer. Ikan jantan sendiri memiliki harga yang lebih tinggi atau mahal daripada  betina.  Hal  ini  disebabkan  ikan  jantan  memiliki  keunggulan  dari  morfologi  dan  warnanya  sehingga menjadi nilai estetika (Zain, 2002).
Ikan cupang (Betta sp ) Ikan  hias  merupakan  satu komoditas  ekonomi non  migas  yang  potensial,  permintaan  yang  semakinmeningkat  baik  di dalam maupun luar  negeri. Hal  ini mendorong  perkembangan  budidaya ikan  hias diIndonesia.  Salah satunya  adalah ikan  Betta splendensRegan  atau  yang  lebih  dikenal  dengan  nama  ikancupang.  Ikan  jantan  sangat  agresif  dan  memilikikebiasaan  saling  menyerang  apabila  ditempatkan  dalamsatu wadah  (Ostrow,  1989).
Habitat ikan  ini  di perairan  tawar  seperti,  danaudan  rawa,  tetapi  saat  ini  sudah  banyak  dibudidayakan.Perkembangbiakan  Betta splendens  bersifat bubblenester,  yaitu membuat  sarang  busa  sebelum  berpijah dan telur-telur  dimasukkan  ke dalamnya  (Linke,  1994;Sanford,1995).

1.2         Rumusan Masalah

1.      Mengetahui Sejarah Ikan Cupang
2.      Apa saja Aspek Biologi Ikan Cupang dalam proses hidupnya ?
3.      Bagaimana cara membedakan Jenis-jenis Ikan Cupang yang kita ketahui ?
4.      Mengapa Seksualitas pada Ikan Cupang berlangsung sangat baik ?
5.      Bagaimana cara mengetahui Kematangan Gonad pada Ikan Cupang ?
6.      Mengapa Fekunditas selalu dilakukan pada Ikan Cupang ?

1.3         Tujuan

1.      Bagaimana ikan cupang bisa dikenal dan digemari oleh banyak masyarakat ?
2.      Memahami aspek biologi Ikan Cupang, terutama cirri morfologi yang bisa dilakukan dan diamati secara langsung.
3.      Mampu mengetahui dan membedakan jenis ikan cupang
4.      Mengetahui tingkat seksualitas pada Ikan Cupang sehingga mampu memberikan keturunan yang berkualitas
5.      Mengetahui tingkat kematangan gonad pada Ikan, sehingga tahu kapan saatnya pemijahan dilakukan.
6.      Memahami arti penting fekunditas jika dilakukan pada Ikan Cupang

1.4         Manfaat

Dengan adanya pembuatan  makalah ini, pembaca akan mengetahui cara membedakan jenis ikan cupang secara morfologis, mampu mengetahui tingkat kematangan gonad pada jantan dan tingkat seksualitas serta fekunditas. Dalam kehidupa bermasyarakat, budidaya Ikan Cupang sangat menarik perhatian, sehingga banyak orang yang membudidayaknya meskipun terkendala oleh telur yang dihasilkan dan lebih tinggi betina. Dalam makalah ini juga memuat jenis-jenis ikan cupang sehingga para penggemar ikan cupang akan mengetahui dan memilih ikan yang sangat disukainya






2           BAB II

PEMBAHASAN


2.1         Sejarah Ikan Cupang (Betta Splendens)

Text Box: Gambar 1. Sejarah Ikan CupangMengenal jenis ikan cupangPada tahun 1849 Theodor Cantor menerbitkan sebuah artikel tentang ikan petarung yang kemudian dinamainya dengan Macropodus pugnax. Pada tahun 1909 C. Tate Regan menyadari bahwa pendapat Cantor salah dan sebenarnya pugnax adalah spesies yang sebelumnya memang sudah ada di alam. Regan menamai kembali ikan petarung Cantor dengan nama Betta splendens yang dikenal sampai sekarang. Sebenarnya semua jenis Betta splendens (cupang) yang tersebar di seluruh dunia berasal dari jenis sirip pendek (plakat) dan selama bertahun-tahun jenis ini banyak dipelihara oleh orang-orang di Thailand. Disana mereka memijahkan ikan petarung ini dengan jenis cupang liar. Tujuan utama mereka adalah untuk mendapatkan petarung yang hebat, baik dari segi kekuatan, ukuran, gaya bertarung dan warnanya (Perkasa, 2001).
Karena tidak ada seleksi alam, maka setelah beberapa generasi, cupang yang diperoleh justru mempunyai sirip dada dan punggung yang panjang. Ikan ini tidak mempunyai “jiwa petarung” karena tidak agresif dan tidak dapat bergerak dengan cepat jika dibandingkan dengan cupang bersirip pendek lainnya. Cupang dengan sirip yang panjang ini akhirnya hanya dapat dinikmati keindahannya saja.   Sebenarnya jenis cupang seperti ini sudah ada sejak orang-orang Eropa dan Amerika datang ke Asia Tenggara pada tahun 1850. Sekitar tahun 1960an, breeder India berhasil mendapatkan anakan cupang yang mempunyai dua helai sirip ekor sehingga disebut dengan jenis doubletail. Ciri khas dari jenis ini adalah sirip dada yang sangat lebar dan tubuhnya sedikit pendek. Karena ingin menghilangkan cirri-ciri ini,maka mereka menyilangkan cupang doubletail dengan jenis sirip tunggal,tetapi kemudian hasil yang diperoleh justru bermacam-macam bentuk sirip dada dan perut (Ostrow, 1989).
Perlahan-lahan hobi memelihara ikan hias mulai melanda Eropa dan Amerika. Asia meresponnya dengan melakukan persilangan cupang bersirip panjang secara besar-besaran. Sekarang para pehobi di Eropa dan Amerika lebih selektif dalam memilih ikannya supaya karakteristik ikannya tetap terpelihara. Pada tahun 1960, breeder Amerika, Warren Young berhasil menyilangkan cupang dengan sirip yang sangat panjang dan dinamainya dengan “cupang Libby”, sesuai dengan nama istrinya. Ikan ini kemudian dijual ke pehobi di seluruh dunia dan terutama ke peternak di Asia. Jenis inilah yang kemudian berkembang menjadi jenis veiltail (Perkasa dan Hendry, 2002).

2.2         Aspek Biologi  Ikan Cupang (Betta Splendens)      

2.2.1         Klasifikasi dan Morfologi Ikan Cupang (Betta Splendens)

Taksonomi atau klasifikasi ikan cupang  yaitu :
Text Box: Gambar 2 Klasifikasi Ikan Cupanghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiumwk1t684CdWLcTwGsEIgEeLCjLD-WvmEkoJTuKum7B5TM0_fN6gAIVKIlBjOT8GdzUMD3ME1oWkKpmqYPbxYVMlVvpTftKWUhGbiQe_vb2HGc4BAhJV7sz1AYAfGWWIncTn9pJQYZk_P/s320/ikan-cupang-double-tail-www.microcosmoacquariit.jpgKingdom    : Animalia
Phylum             : Chordata
Class               : Actinopterygii
Order               : Perciformes
Family              : Osphronemidae
Genus              : Betta
Species            : Betta splendens
Ikan  cupang  (Betta  splendens)  terkenal  karena  sifatnya  yang  agresif  dan  kebiasaan hidupnya berkelahi dengan sesama jenis, sehingga dinamakan  fighting fish.  Warna  tubuh  ikan  ini  berwarna-warni,  sehingga  menjadi  daya  tarik  para penggemar  dan  penghobi  untuk  mengoleksinya.  Warna-warna  klasik  seperti merah,  hijau,  biru,  abu-abu,  dan  kombinasinya  banyak  dijumpai.  Warna-warna baru  juga  bermunculan  dari  kuning,  putih,  jingga,  hingga  warna-warna  metalik seperti tembaga, platinum, emas, dan kombinasinya (Sugandy, 2001).
Ikan  cupang  (Betta splendens)  merupakan  ikan  yang  memiliki  banyak  bentuk  (Polymorphisme),  seperti  ekor  bertipe  mahkota/serit  (crown  tail),  ekor  setengah bulan/lingkaran  (half  moon),  ekor  pendek  (plakat)  dan  ekor  tipe  lilin/selendang(slayer)  dengan  sirip  panjang  dan  berwarna-warni.  Keindahan  bentuk  sirip  dan  warna  sangat  menentukan  nilai  estetika  dan  nilai  komersial  ikan  hias  cupang  (Yustina et al, 2003).
Penampakan warna pada ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : jenis  kelamin,  kematangan  gonad,  genetik  dan  faktor  geografi.  Cupang  jantan  dapat  dibedakan  dari  warnanya  yang  cerah  dan  menarik,  bentuk  perut  ramping,  serta  sirip  ekor  dan  sirip  anal  panjang.  Sementara  cupang  betina  berwarna  kurang  menarik,  bentuk  perut  gemuk  serta  sirip  ekor  dan  sirip  anal  pendek.  Akibatnya,  ikan  cupang  jantan  memiliki  nilai  komersial  tinggi  karena  sangat  disukai  dan  diburu  oleh  pecinta  ikan  hias,  Sehingga  akan  lebih  efektif  dan  menguntungkan  bila  hanya  diproduksi  dan  dipelihara  jantannya  saja. Ikan  jantan  sangat  agresif  dan  memiliki  kebiasaan  saling  menyerang  apabila  ditempatkan  dalam satu wadah (Ostrow, 1989).
Secara  umum  cupang  memiliki  postur  tubuh memanjang,  dan  apabila  dilihat  dari  anterior  atau posterior  bentuk  tubuhnya  pipih  ke  samping  atau compressed. Kepala  relatif  besar,  mulut kecil  dilengkapi  dengan  bibir  agak  tebal  dan rahang yang kuat. Sirip perut ramping memanjang, dan  mempunyai  warna  putih  di  ujungnya.  Sirip punggung  terletak  lebih  dekat  ke  arah  ekor, bentuknya  relatif  lebar  dan  terentang  sampai  ke belakang  dengan  jari-jari  keras  dan  lunak.  Sirip ekor  umumnya  berbemtuk  membulat  (rounded). Sirip  punggung  dan  sirip  ekor  apabila mengembang  akan  membulat  menyerupai  kipas dan  berwarna  indah.  Sisik  tubuhnya  ada  yang kasar  dan  halus,  serta  warnanya  sangat  beragam. Sisik termasuk ke dalam tipe stenoid (Axelrod, 1995; Yustina et al., 2003).
                              

2.2.2        Perilaku Ikan Cupang (Betta splendens)

Salah satu sifat yang terkenal dari ikan cupang adalah berkelahi satu sama  lainnya  untuk  mempertahankan  wilayahnya.  Sifat  agresifnya  menjadi  daya  tarik  tersendiri bagi seseorang untuk menyukai ikan ini. Saat bereproduksi ikan cupang  memiliki perilaku yang unik, yaitu menari. Ketika bertelur, betina akan mendekati  sarang  dan  memiringkan  badannya  untuk  dijepit  oleh  jantan  dengan  meliukkan  tubuhnya  agar  jantan  bisa  menyemprotkan  spermanya  ke  telur-telur  tersebut  (Perkasa dan Hendry, 2002).
Ikan Cupang  memiliki  alat  pernapasan  tambahan  yang  disebut  labirin  (labyrinth). Alat pernapasan tambahan ini dipergunakan untuk mengambil oksigen  langsung  dari  udara.  Karena  itu,  cupang  mampu  hidup  walaupun  dalam  kondisi  kekurangan oksigen terlarut di dalam air dan tanpa aerator (Perkasa, 2001).
Berdasarkan cara berkembangbiaknya, cupang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:
1.      Kelompok Pengumpul Busa (Bubblenester)
Spesies cupang yang termasuk pengumpul busa diantaranya Betta imbellis,  Betta smaragdina,  Betta akaransis,  Betta coccina  atau cupang api-api, dan  Betta  fasciata atau cupang sumatera.
2. Kelompok Perawat Telur (Mouthbreeder)
Spesies  cupang  yang  termasuk  perawat  telur  diantaranya  Betta  macrostoma  atau Brunei Beauty,  Makropodus opercularis  atau cupang paradise,  Betta urimacullata  atau cupang emas, dan  Betta brederi  atau cupang raja  (Linke,  1994; Sanford,1995).

2.2.3         Reproduksi Ikan Cupang (Betta splendens)

Proses  pemijahan  ikan  cupang  berlangsung  dengan  cara  betina  mengeluarkan  telur-telurnya  dan  jantan  membuahi  dan  memunguti  telur-telur  serta  meletakkannya  didalam  sarang  busa.  Setiap  ikan  cupang  (Betta  splendens)  dapat  menghasilkan  rata-rata  telur  sekitar  400-500  butir  dalam  satu  kali  proses  pemijahan.  Cupang  jantan  akan  menjaga  sarang,  merawat  telur,  dan  larva  yang  menetas  sekitar  dua  hari  kemudian.  Pada  habitat  aslinya, beberapa  jenis  ikan  cupang ditemukan sedang menngerami telurnya di dalam mulut (Mouthbreeder). Dalam satu  periode pemijahan biasanya  anak  cupang hias  yang hidup mencapai 60% betina  dan  40%  jantan.  Padahal  cupang  hias  yang  laku  dipasaran  hanya  yang  berjenis  kelamin jantan, kecuali untuk tujuan sebagai induk betina (Perkasa, 2001).
Reproduksi  ikan  lebih  dikenal  dengan  istilah  pemijahan,  dimana  terjadi  suatu  peristiwa pertemuan antara ikan  jantan  dan ikan betina yang bertujuan  untuk  pembuahan  telur  oleh spermatozoa.  Ikan  jantan  umumnya  akan mengeluarkan  spematozoa  ke  dalam  air  di  sekitar sel-sel  telur  yang  dikeluarkan  oleh  ikan  betina (Dewantoro,  2001;  Doutrelant  et  al.,  2001).
Proses keluarnya  spermatozoa  terjadi  relatif  bersamaan ketika sel telur dilepaskan oleh betina. Dalam hal pemijahan cupang tidak memerlukan tempat  yang  luas,  cukup  disediakan  akuarium kecil,  atau  ember  plastik,  baskom,  dapat  juga dipergunakan  toples  dengan  kondisi  yang  relatif bersih  (Lingga  &  Susanto,    2003). 

2.2.4        Perbedaan Jenis Kelamin

Cara membedakan jenis kelamin ikan cupang biasanya sangat sulit di lakukan apabila usia ikan masih dini sekali, karena memang belum terlihat jelas bentuk tubuh nya. biasanya mulai dari burayak sampai usia 1 bulan bentuk tubuh cupang tersebut masih samar.
      Ikan Cupang Jantan :          

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnaewJ2SdK0L2sN3KhaDGCfwJx7oRivC0msobs3bZ1Vwy5r-Rfiu2FRVMSE2MmtTghvEG8dVpgHwI6_8ayU9G7ZrOvvXnHQSgmdVS1mbsdbN2VUt1vBOBA-dMqKaEwSonmfDoNi_lN7Nfu/s320/ooojij.jpg
Gambar 3 Anatomi Ikan Cupang Jantan
Ikan cupang berkelamin jantan mempunyai ciri khas sebagai berikut :
- Tubuhnya langsing.
- Gerakan cupang jantan biasanya sangat agresif/lincah. (dalam hal ini betina juga ada yg lincah)
- Ekor (caudal fin) dan sirip (ventral fin/dasi) lebar dan panjang.
- Warna lebih cerah dan menarik dari pada betina.
      Ikan Cupang Betina :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNhgleiRQYzoC6PHGhNXKck3HWM6TjU83hJo_nTtr5AI6pyAROq0CLLpNB8SrK0cbxD95aF02CcU01f_qo46XP1I81X8tjIzqxKTmQZHgseOdWPHnX1Vm18RH-A2eWXeKiODGhaYeG_XwI/s320/ddd.jpg
Gambar 4 Anatomi Ikan Cupang Betina
Ikan cupang berkelamin betina mempunya ciri khas sebagai berikut :
- Bertubuh gempal (padat, tidak panjang).
- Gerakan lebih lambat (tidak agresif).
- Ekor (caudal fin) dan sirip (ventral fin/dasi).
- Warna kurang menarik.

2.2.5        Habitat Ikan Cupang (Betta splendens)

Ikan  cupang  (Betta  splendens)  hidup  di  daerah  tropis,  terutama  di  benua  Asia  sampai  Afrika.  Habitat  asalnya  berupa  perairan  dangkal  berair  jernih,  seperti  daerah persawahan atau anak sungai yang memiliki temperatur 24-27C dengan  kisaran  pH  6,2    7,5  serta  tingkat  kandungan  mineral  terlarut  dalam  air  atau  kesadahan (hardnees) berkisar 5    12 dH. Pada umumnya ikan cupang sanggup  bertahan hidup dan berkembang biak dengan baik pada kisaran pH 6,5    7,2 dan  hardnees  berkisar  8,5    10  dH. Akan  tetapi  saat  ini  ikan  cupang  sudah  banyak  dibudidayakan  dalam  wadah  atau  lingkungan  yang  terkontrol  seperti  kolam,  akuarium, bak dan wadah budidaya lainnya. Perkembangbiakan  Betta  sp.  bersifat bubblenester,  yaitu  membuat  sarang  busa  sebelum  memijah  dan  telur-telur dimasukkan ke dalamnya (Linke, 1994; Sanford,1995).

2.3         Jenis-Jenis Ikan Cupang

Para breeder mengelompokkan jenis ikan cupang berdasarkan penampakan bentuk dan warnanya. Setiap hasil silangan yang mempunyai bentuk dan karakter yang khas, akan diberikan nama tersendiri. Jenis-jenis ikan cupang hias adalah sebagai berikut.  
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfGPkDHQdyA8W8mbTyJW5BsYLNAnCKdR4I4ubznkGTF9Vc7YbVTZdM2MNpXdXLj4sZdLTZgxzFP46_8-60IA144B75fbAkXtgcoGmWPnXSIgloQYQc7e5gG37SAdlEn_vHnCNuAaJpHT2x/s320/klkl.png
Gambar 5 Jenis Ikan Cupang
Bentuk cupang berdasarkan penilaian kontes Masyarakat Cupang Hias Indonesia (MCHI), dari kiri ke kanan (1) Halfmoon, (2) Crown Tail, (3) Plakat, (4) Double Tail.

1.       Halfmoon ( Bulan Sepotong)
Text Box: Gambar 6 Halfmoonhttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyEtWgcWYQWxJkgHuA8Eg8TI8dxb5-EnSrIDGIm4ocAalvSiYr64XlyBPTOvh0ohc_2id-wWydnC2m1kh8LgHaUB0EPPrQKCc6HoVKZy2geGNG0tDhJ10zsqjYu6eQCRUvpQQvXfoXD2vw/s320/jkk.pngJenis ikan cupang halfmoon memiliki sirip dan ekor yang seolah menyatu membentuk setengah lingkaran. Bila dilihat dari samping, sirip ikan halfmoon berbentuk seperti bulan sebelah. Ikan cupang halfmoon dipelihara karena keindahannya. Jenis ini mempunyai varian warna yang beragam mulai dari merah menyala, kuning, dan varian warna lainnya. Ikan cupang jenis ini pertama kali dibudidaya di Amerika Serikat oleh Peter Goettner pada tahun 1982.

2.      Crown tail (serit)
Text Box: Gambar 7 Crown tailhttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjni2oiBwYB8AZyZXXOtFlN0bE0HFbqncdF_k4GRQ6k3Yd00Y9WhWn6Dhuva7FAQu7v4yVPw8ISPZQJWQQ9vkOBNk5DDq4QlBfkIRAmQ1Nou-ZcdUL8b4rjF4dTFW1B9zTWzHKkcO2TatE8/s320/jjl.jpgIndonesia mungkin bisa sedikit berbangga, karena ikan cupang serit dilahirkan oleh para breeder dari daerah Slipi, Jakarta. Cupang serit menjadi mendunia karena variasi keindahannya. Di sebut crown tail atau ekor mahkota, karena bila dibalik menghadap ke atas serit-serit pada ekornya terlihat seperti mahkota raja.Jenis ikan cupang serit memiliki banyak varian. Ada yang seritnya tunggal, dimana dalam setiap serit hanya terdapat satu tulang sirip. Ada juga yang berserit dua atau serit ganda. Keindahan ikan cupang serit sudah diakui dunia dan dipertandingkan di International Betta Congress (IBC).

2.       Plakat (petarung)

Text Box: Gambar 8 Ikan Plakathttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFPEdUA5rrNKTdWqnyL5smONiRDMs2kUE2LrxBPtiY3-x5O8fVguU2gXRQjSstvYGoqjYs8SrkdQodf9rYiL-Oigber3Xmoq3NImyajw7aVYvB0t6FLzjUYr8OuQvePhM7910DhRWcSKNk/s320/oooo.jpgPlakat berasal dari istilah di Thailand yang artinya kurang lebih adalah tarung atau laga. Sesuai dengan namanya, jenis ikan cupang inibiasa digunakan sebagai cupang aduan. Thailand memang memiliki tradisi adu cupang yang sudah melegenda. Sirip dan ekor cupang plakat biasanya pendek tidak menjumbai seperti serit dan halfmoon. Karena pendek, sirip tersebut memberikan kesan kokoh dan kekar. Gerakan ikan cupang plakat tidak terlalu anggun tapi terlihat lebih sangar.




4.      Dauble tail (cagak)
Text Box: Gambar 9 Double tailhttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5pxH0Ek-ld9QmrEkObBIZuxY0LT8eJxd4pd6btQ1g1T6L8MzRR1qP_iTuGiKwEUhrCwFHH4X75WTFlWo6V0zokofW0QYE-lidoL9bbHrI6ppHyO9RQBWUXPFyP8sEYMut0jOuk1uDQBcm/s320/pppp.jpgDisebut double tail karena bagian ekornya terbelah dua, seperti bercagak dua. Jenis ikan cupang double tail tergolong sulit dikembangkan. Oleh karena itu keberadaannya masih jarang dijumpai dipasaran (Linke).





2.4         Seksualitas Ikan Cupang

Ciri seksualitas primer dan sekunder
ikan cupang cukup mudah dikenali dengan pengamatan secara visual dari ciri kelamin sekundernya. Berikut ini ciri-ciri indukan yang baik dan siap kawin:
a.                Pejantan
Telah mencapai usia delapan bulan. Dapat ditandai dengan ukuran yang sudah melebihi enam senti meter. Atau melihat pangkal ekor yang kekar.
·  Memiliki bentuk fisik yang bagus.
·  Memiliki mental yang berani.
·  Memiliki warna yang cerah dan cemerlang.
·  Sering membuat gelembung busa di permukaan air.
·  Gerak-gerik yang genit ketika melihat cupang betina
·  Memiliki dasi, yaitu modifikasi dari sirip ventral yang lebih panjang dari betina.


b.        Betina                                                        
·   Mencapai usia yang cukup yakni delapan bulan. Ditandai dengan perutnya yang gendut.
·   Memiliki bentuk fisik yang bagus.
·   Memiliki warna cemerlang serta sirip yang tegas.
·   Tubuh ikan berubah warna menjadi garis-garis transparan seperti zebra.
·   Bintik putih pada abdomen yang menjendol tanda telur siap dibuahi.
Sedangkan ciri kelamin primer relatif sulit untuk diamati secara visual karena organ genitalnya cukup kecil. Ikan cupang jatan mempunyai organ yang bernama testis, sedangkan ikan cupang betina mempunyai organ yang bernama ovari (Perkasa.2010).

2.5         Tingkat Kematangan Gonad Ikan Cupang

TKG (Tingkat Kematangan Gonad) menunjukkan suatu tingkatan kematangan seksual ikan. Sebagian besar hasil metabolisme digunakan selama fase perkembangan gonad. Umumnya pertambahan berat gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari berat tubuh, sedangkan untuk ikan jantan berkisar antara 5-10%. Dalam mencapai kematangan gonad, dapat dibagi dalam beberapa tahapan. Secara umum tahap tersebut adalah akan memijah, baru memijah atau sudah selesai memijah. Ukuran ikan saat pertama kali matang gonad (length at first maturity, Lm) bergantung pada pertumbuhan ikan itu sendiri dan faktor lingkungan. Pembagian tahap kematangan gonad dilakukan dalam dua cara, yakni analisis laboratorium dan pengamatan visual. Cara yang umum digunakan ialah metode pengamatan visual berdasarkan ukuran & penampakan gonad, sebagai catatan metode ini bersifat subyektif. Indikator pembagian tahapan kematangan gonad dengan cara visual ialah:
1. Ukuran gonad dalam menempati rongga badan (kecil, 1/4 bagian, 1/2 bagian, ¾ bagian atau penuh).
2. Berat gonad segar (ditimbang).
3. Penampakan : warna gonad.
4. Penampakan butiran telur (ova) untuk ikan betina (opaque, translucens /ripe/gravid).
5. Ada tidaknya pembuluh darah, dll.
Semakin besar ukuran gonad (beratnya makin tinggi), maka semakin tinggi pula TKG-nya. Nilai TKG juga berbanding lurus dengan nilai GSI (Gonado Somatic Index) dan atau GI (Gonad Index). Rumus GSI menurut Batts (1972):
GI=(Wg/L^3)*10^8
Keterangan:
 GI: Gonado Somatic Index; Wg: Berat Gonad (gram); L Panjang ikan (mm). Karena sifatnya yang subjektif, sering terjadi perbedaan tahap TKG baik karena perbedaan observer maupun perbedaan waktu. Sebagai acuan standar umum digunakan 5 tahap TKG (Five stage of visual maturity stage for partial spawning fishes), yakni:
1.      TKG I (immature, dara);
2.      TKG II (developing, dara berkembang);
3.      TKG III (maturing/ ripening, pematangan);
4.      TKG IV (mature/ ripe/ gravid, matang)
5.      TKG V (spent, salin).
Diantara kelima kematangan standar tersebut, TKG III biasanya memiliki nilai GSI/GI dalam kisaran yang luas, menunjukkan tahap pematangan itu berlangsung relatif lebih lama dibanding TKG lainnya. Perbedaan spesifik dari tiap TKG bisa diketahui dari pengamatan mikroskopis terhadap ukuran diameter & penampakan ova, atau irisan histologis dari gonad/ovary (Effendie; Moch. Ichsan. 2002).

2.6         Fekunditas Ikan Cupang

Kandungan  lemak tinggi dapat mengakibatkan timbunan  lemak  yang  menutupi  saluran pengeluaran  telur  (oviduct),  sehingga  induk  akan kesulitan  dalam pengeluaran telur (Rusdi, 2000).
Keberadaan  pigmen diduga  juga  mempengaruhi  fekunditas.  Karoten berfungsi  penting  dalam  fisiologis,  yaitu  dalam  sisrem endokrin  seperti  perkembangan dan pematangan  gonad. Daphnia dan  Tubfex  mengandung  karoten  yang   mengakibatkan  warna  merah  pada tubuhnya,  sedangkanjentik nyamuk  tidak  (Latscha,  1990).
Berdasarkan sidik ragam  pengaruh  perlakuan umur terhadap  fekunditas  menunjukkan perbedaan sangat  nyata  (P<0,0  I ), artinya  umur sangat  berpengaruh dalam fekunditas.  Uji BNT  dengan  perbedaan  rata-rata menunjukkan  umur  3 bulan dengan  3,5  bulan  tidak berbeda  nyata (P>0,05),  namun  keduanya  berbeda sangat  nyata (P<0,01)  dengan  umur 4 bulan. Sidik  ragam pengaruh  perlakuan  pakan  terhadap  fekunditas menunjukkan  perbedaan  sangat  nyata (P<0,01 ). Sidik ragam  pengaruh umur  dan  pakan didapatkan  hasil tidak  berbeda nyata  (P>0,05),  artinya dalam  aplikasinya  bahwa  perbedaan  umur  dan  pakan sama-sama  menunj  ang  dalam  peningkatan  fekund  itas. Pengaruh  Umur Dan  Pakan  Alami Terhadap Produksi  Larva Induk  umur4 bulan  memiliki  produksi  larva  lebih tinggi,  hal  ini  dikarenakan  kemampuan  produksi  larva didukung  kuantitas  dan  kualitas  dari  telurnya,  bilatelur yang  dihasilkan  sedikit  dan  mernpunyai  kualitas  kurang baik  maka produksi  larvanya  juga  rendah.  (Carlender,1969  dalam  Effendie,  1975).
Rata-rata  laju  pertambahan  panjang  ketiga  umur  relative sama.  Menurut  Zonneveld  dkk  (1991)  harnpir sernua kasus pertumbuhan  (laju),  ukuran  dan  umur  saling berhubungan.  Umumnya  laju  pertumbuhan  menurun dengan bertambahnya  ukuran  tubuh  dan  umur,  namun kemungkinan  ketiga  umur ikan  cupang  tersebut  belum mencapai titik  maksimal.  Tubifek  menghasilkan  la.ju pertambahan  paling  baik  untuk-jantan maupun  betina, karena  Tubifek mengandung  protein dan  lemak  yang baik  untuk  pertumbuhan  ). Data pertumbuhan  bobot  mutlak rata-rata  induk .iantan0,52 gr - 1,08  gr dan 0,52 gr -  1,0 gr  induk  betina.Untuk  umur  induk  jantan  maupun betina,  didapatkanhasil  umur  4 bulan mempunyai  pertumbuhan  bobotmutlak  lebih  tinggi,  karena  kemampuan  memakannyalebih  besar.  Pertumbuhan bobot mutlak induk  jantandan  betina  dengan  pakan Tubifex menunjukkan  hasil paling  tinggi  (Subandiyah.  dkk, I  990).



3           BAB III PENUTUP

3.1         Kesimpulan

Ikan cupang (Betta splendens) adalah salah satu jenis ikan hias yang memiliki banyak bentuk terutama pada bentuk ekor, seperti tipe mahkota (crown tail), ekor penuh (full tail)  dan slayer. Ikan jantan sendiri memiliki harga yang lebih tinggi atau mahal daripada  betina.  Hal  ini  disebabkan  ikan  jantan  memiliki  keunggulan  dari  morfologi  dan  warnanya  sehingga menjadi nilai estetika.
Penampakan warna pada ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : jenis  kelamin,  kematangan  gonad,  genetik  dan  faktor  geografi.  Cupang  jantan  dapat  dibedakan  dari  warnanya  yang  cerah  dan  menarik,  bentuk  perut  ramping,  serta  sirip  ekor  dan  sirip  anal  panjang.  Sementara  cupang  betina  berwarna  kurang  menarik,  bentuk  perut  gemuk  serta  sirip  ekor  dan  sirip  anal  pendek. Salah satu sifat yang terkenal dari ikan cupang adalah berkelahi satu sama  lainnya  untuk  mempertahankan  wilayahnya.  Sifat  agresifnya  menjadi  daya  tarik  tersendiri bagi seseorang untuk menyukai ikan ini.
Cara membedakan jenis kelamin ikan cupang biasanya sangat sulit di lakukan apabila usia ikan masih dini sekali, karena memang belum terlihat jelas bentuk tubuh nya. biasanya mulai dari burayak sampai usia 1 bulan bentuk tubuh cupang tersebut masih samar. Ikan  cupang  (Betta  splendens)  hidup  di  daerah  tropis,  terutama  di  benua  Asia  sampai  Afrika.  Habitat  asalnya  berupa  perairan  dangkal  berair  jernih,  seperti  daerah persawahan atau anak sungai yang memiliki temperatur 24-27C.
Ikan  cupang  (Betta  sp.)  pada  umumnya  menyukai  jenis  makanan  yang  bergerak,  makanan  harus  tersedia  sejak  telur  cupang  menetas. Warna  pada  ikan  disebabkan  oleh  adanya  sel  pigmen  atau  kromatofora yang  terdapat  dalam  dermis  pada  sisik,  di  luar  maupun  di  bawah  sisik.  Warna merah  atau  kuning  merupakan  warna  yang  mendominasi  ikan  hias. Bentuk Ikan cupang (1) Halfmoon, (2) Crown Tail, (3) Plakat, (4) Double Tail. Ikan cupang cukup mudah dikenali dengan pengamatan secara visual dari ciri kelamin sekundernya
TKG (Tingkat Kematangan Gonad) menunjukkan suatu tingkatan kematangan seksual ikan, jenis budidaya yang biasa dilakukan adalah Budidaya Jasad Pakan dan Pemeliharaan Burayak (Larva). Maskulinasi bisa dilakukan dengan Pembuatan ekstrak purwoceng dan Pemijahan induk.

3.2         Saran

Dalam pembuatan makalah ini penyusun sadar masih banyak kekurangannya, baik dari segi kelengkapan informasi yang disajakin maupn dari tata penulisannya. Meskipun masih banyak kekurangan, semoga kritik dan saran yang membangun dari pembaca mampu meningkatakan dalam perbaikan pembuatan makalah selanjutnya, semoga makalah yang telah dibuat ini dapat memberikan manfaat dan sumber informasi bagi pembaca.

3.3          


DAFTAR PUSTAKA

Axelrod, H.R. 1995. Encyclopedia  of  Tropical  Fishes: With  Special  Emphasis  on Techniques  of Breeding.  T.F.H.  Publications,  Inc. University of California. 631 h.
Effendi,H.2002. Telaah  Kualitas  Air  Bagi  Pengelolaan  Sumber  Daya  dan  Lingkungan  Perairan.  Kanisius. Bogor :IPB.
Effendie, M.l. 1975.  Metode Biologi  Perikanan. Fakultas Perikanan  Institut  Pertanian  Bogor. h.  92.
Gema  Wahyu  Dewantoro. 2013. Mengenal Cupang (Betta sp.) Ikan Hias Vol 1(1) Mei 2017: 28-32.
Gouveia. 2016. Journal of Aquaculture Management and Technology. Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman 130-136.
Latscha, T. 1990.'B  Carotenoids' Their Nature and Significance in Animal Feeds.  Departrnent of Anirnal Nutritions  and  Health F. Hoffrnan  -La  Roche. Ltd. Basel.  Su,itzerland.  h. I 10.
Lingga, P. Susanto,  H.  2003.  Ikan  Hias  Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta. h. 45.
Linke H.1994. Eksplorasi  Ikan Cupang di Kalirnantan.Trubus.  No.297. h. 86-89.
Ostrow, M.E. 1989. Betta's. T. F. H Pub. Inc. Canada. 91 pp.
Perkasa, B.E. 2001. Budidaya Cupang Hias dan Adu. Penebar Swadaya. Jakarta :Erlangga.        
Subandiyah, S. Subagdja,  J. dan Tarupay,  E. 1990.Pengaruh  Suhu dan  Pemberian  Pakan  Alami (Tubifek  sp. dan  Daphnia.sp.)  terhadap Pertumbuhan  dan Daya Kelangsungan  Hidup Ikan  Botia (Botia  macracantha  Bleeker). Buletin  Penelitian  Perikanan  Darat.9  (  1) :  68.
Yustina,  Arnentis  &  Darmawati.  2003.  Daya  Tetas dan  Laju  Pertumbuhan  Larva  Ikan  Hias (Betta  splendens)  di  Habitat  Buatan.  Jurnal Natur Indonesia 5 (2): 129-132.
Zain, M. 2002. Sex Reversal Memproduksi Benih Ikan Jantan atau Betina. Penebar Swadaya. Bogor.
Zairin, M. Jr, Waskitaningtyas, N dan K, Sumantadinata. 2002. Pengaruh Pemberian Artemia yang Direndam di dalam  Larutan  17α-Metiltestosteron  Berdosis  Rendah  terhadap  Nisbah  Kelamin  Ikan  Cupang  (Betta splendens). Jurnal Aquaculture Indonesia. 2: 107-112.


MAKALAH IKAN CUPANG ( Betta Splendens) BEAUTIFUL OF FIGHTING FISH

                      BAB I PENDAHULUAN 1.1          Latar Belakang Ikan   cupang   merupakan   salah   satu   jenis...